“Menjadi Penulis : Yes, I did It”
Pertemuan 18 |
: |
Jum’at, 12 Februari
2021 |
Waktu |
: |
Pukul 19.00 – 21.00
WIB |
Pemateri |
: |
Joko Irawan Mumpuni |
Topik |
: |
Menulis Buku yang
Diterima Penerbit |
Peruseme |
: |
Lubis Pirnandes,
M.Pd |
Saya begitu
bahagia pada pelatihan menulis pertemuan ke-delapan belas ini. Seperti mendapat
sebuah keberkahan, kali ini kami para peserta mendapat kesempatan untuk menyimak
pencerahan dari Direktur Penerbitan Penerbit Mayor Andi, yaitu Bapak Joko
Irawan Mumpuni.
Dari awal
pemaparan, anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY ini langsung memberikan
pertanyaan menggelitik tentang posisi dalam sebuah tangga “spirit menulis” saat
kita memutuskan diri menjadi seorang penulis. Apakah kita sebatas berada pada
tahap “i can do it”, “i will do it”, atau sudah sampai pada tahap “yes, i did
it”.
Berikutnya mengalirlah
pencerahan-pencerahan dari seorang tokoh penerbitan yang juga menjadi salah
satu Assesor BSNP. Pak Joko menegaskan bahwa proses penerbitan berkaitan dengan
para stakeholder yang berada dalam sebuah ekosistem penerbitan. Sederhananya,
seorang penulis akan berada pada sebuah “cycle” yang berkaitan dengan penerbit,
penyalur, dan tentunya pembaca sebagai target pasar.
Namun, beliau
juga menyayangkan masih “lesu”nya industri penerbitan buku di tanah air saat
ini. Menurutnya, terdapat tiga penghambat industri penerbitan di Indonesia. Ketiga
penghambat tersebut meliputi rendahnya minat baca, rendahnya minat tulis, dan
masih kurangnya apresiasi hak cipta yang terbukti dengan masih maraknya
pembajakan buku saat ini. Hal ini juga dibuktikan dengan data terkait literasi
di Indoesia saat ini. Menurut data dari UNESCO pada tahun 2016, terkait daya
literasi, Indonesia berada pada urutan 3 terbawah di antara negara-negara di
ASEAN.
Kondisi
tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para penulis, khususnya penulis
pemula dalam menghasilkan buku yang dapat menarik minat pembaca. Untuk itu
pesan Pak Joko, hendaknya para penulis pemula agar menuliskan naskah-naskah
dengan tema yang relatif populer agar lebih mudah diapresiasi oleh masyarakat. Untuk
mengetahui apakah sebuah tema terhitung populer atau tidak, seorang penulis
bisa melakukan pengecekan melalui google trends dan google schoolar. Jika dilihat
kondisi saat ini, tema-tema yang sedang populer antara lain terkait big data, Sistem Informasi Manajemen, internet of things, artificial inteligence (kecerdasan buatan), dan lainnya.
Selain itu,
sebuah naskah juga bisa dilihat apakah naskahnya memiliki market pasar yang
lebar atau sempit serta lifecycle-nya
panjang atau pendek. Untuk seorang penulis pemula, saran dari Pak Joko adalah
memliih tema dengan market pasar yang luas (bisa dinikmati oleh semua kalangan)
dan lifecycle yang pendek. Hal ini
disebabkan, jika marketnya sempit, maka sebagai penulis pemula tentu akan menjadi
tantangan tersendiri apakah tulisannya akan dilirik atau tidak. Begitupun dengan
tema tulisan dengan lifecylce yang
panjang, seperti teori keimuan, tentu akan bersaing dengan tulisan dari para
ahli.
Artinya,
idealisme dan sense of industrialisme
menjadi pertimbangan. Bagi seorang penulis pemula, sebaiknya memegang prinsip
idealisme sekaligus juga kompromi dengan kebutuhan industri. Seorang penulis
mesti memperhatikan kualitas dari naskah dan tetap memperhatikan kebutuhan
pasar.
Jika sebuah naskah telah selesai ditulis, maka pekerjaan selanjutnya adalah mengajukan naskah tulisan pada penerbit. Sebelumnya penting untuk mengetahui kapabilitas dari sebuah penerbit. Penerbit yang baik adalah penerbit dengan jaringan pemasaran yang luas (skala nasional) serta jujur dalam royalti. Hindari penerbit yang hanya sebagai broker naskah tulisan. Selain itu, sebuah penerbit seperti penerbit Andi akan menilai naskah berdasarkan prinsip editorial (EYD), peluang potensi pasar, keilmuan, dan reputasi dari penulis.
Comments
Post a Comment