Secercah Harapan dari Penerbit Indie
“Secercah Harapan dari Penerbit Indie”
Pertemuan 11 |
: |
Rabu, 27 Januari
2021 |
Waktu |
: |
Pukul 19.00 – 21.00
WIB |
Pemateri |
: |
R. Brian
Prasetyawan, S.Pd |
Topik |
: |
Menerbitkan Buku
Semakin Mudah di Penerbit Indie |
Peruseme |
: |
Lubis Pirnandes,
M.Pd |
Tidak terasa pelatihan menulis telah memasuki pertemuan ke-sebelas. Seperti
biasa akan selalu hadir para pemateri hebat dan tentunya pakar di bidang
kepenulisan. Seperti pemateri kali ini, yaitu sosok guru muda berprestasi dari
Jakarta. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul Majors For The Future. Puluhan tulisannya sudah dimuat di media
cetak seperti harian Kompas dan Media Indonesia. Beliau pun telah memiliki
beberapa media blog dan telah menerbitkan 3 buku solo dan 8 antologi.
Kali ini, almuni PGSD Unika Atma Jaya Jakarta ini memaparkan materi tentang
”Menerbitkan Buku Semakin Mudah di
Penerbit Indie”. Tema yang sangat mencerahkan di saat banyak penulis pemula
kebingungan mencari penerbit untuk menerbitkan bukunya seperti yang pernah saya
rasakan.
Awalnya saya berpikir kalau untuk menerbitkan buku tentu memerlukan biaya
yang besar atau proses yang sangat susah karena harus menerbitkan buku di
penerbit-penerbit besar (penerbit mayor) seperti Erlangga, Tiga Serangkai,
Mizan, atau yang lain. Beruntung, akhir 2020, saya mendapat info tentang
penerbit Farha Pustaka Suka Bumi yang kemudian bersedia untuk menerbitkan buku
pertama saya, yaitu sebuah novel “Elegi di Bukit Mimpi (EBM)”.
Seperti yang disampaikan oleh Pak Brian, dengan penerbit indie, menerbitkan
buku menjadi lebih mudah dan proses penerbitan relatif lebih cepat. Kita hanya
perlu mengeluarkan sedikit biaya di awal penerbitan untuk proses pengurusan
ISBN dan beberapa fasilitas lainnya. Fasilitas yang biasanya ditawarkan oleh
beberapa penerbit indie antara lain desain cover dan layout, proofread, edit EYD, desain poster
promosi, dan fasilitas lainnya sesuai dengan kesepakatan dengan pihak penerbit.
Masalah biaya pun sudah ada ketentuan dari masing-masing penerbit.
Jika tidak ada
fasilitas editingnya, maka bagi para penulis yang ingin memasukkan tulisannya
ke suatu penerbit harus memaksimalkan proses pengeditan tulisan terlebih
dahulu. Beberapa tips diberikan oleh Pak Brian – sang Ketua komunitas Cakrawala
Blogger Guru Nasional terkait pengeditan, yaitu tulisan disesuaikan dengan
kaidah PUEBI, tidak typo, dan satu paragraf jangan berisi terlalu banyak
kalimat. Sesuaikan juga bentuk dan jenis tulisan yang digunakan dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pihak penerbit. Pada proses review, bisa juga
meminta bantuan beberapa rekan yang mengerti tentang kaidah kepenulisan untuk
mereview tulisan kita terlebih dahulu.
Jika tulisan
telah diedit, direview, dan direvisi maka tulisan sudah bisa diserahkan ke pihak
penerbit. Pihak penerbit indie tetap selektif, tapi biasanya tidak seketat pada
penerbit mayor. Selama tulisan layak untuk diterbitkan, tidak mengandung unsur
yang menyinggung SARA, tidak mengandung unsur pornografi dan unsur kekerasan
lainnya, maka biasanya tulisan akan diterbitkan oleh pihak penerbit.
So, untuk para
penulis pemula, ayo siapkan naskah-naskahnya dan terbitkan di penerbit indie. Menerbitkan
buku tidak lagi hanya menjadi khayalan semata, tapi menjadi kenyataan dan karya
kita bisa dinikmati oleh khalayak pembaca. Selamat mencoba !
Harapan itu pasti ada, selama kita berusaha dan mau bekerja keras mewujudkan impian.
ReplyDeleteSiap omjay... Terima kasih sudah mampir om
DeleteOke Pak Lubis, siap semangat. Resumenya informatif dan inspiratif.
ReplyDeleteTerima kasih bu...
DeleteSemangat pak Lubis. Salam literasi
ReplyDeleteTerima kasih pak. Salam literasi
DeleteWaah karen. Resumenya makin lengkap dan sempurna. Banyak variasinya makin kerasan yg baca. Good job!
ReplyDeleteMakasi suportnya pak nana....
DeletePak Lubis keren. semangatnya patut dicontoh.
ReplyDeletesemangat berkarya, semangat menginspirasi
Matur suwun mas...salam literasi
Delete