Posts

Showing posts from December, 2020

Berdamai dengan Kebencian

Image
Sobat, dalam hidup, memendam kebencian adalah salah satu hal yang melelahkan   jiwa. Tapak langkah hidup kita seperti senantiasa dibayangi bayang hitam bernama kebencian. Bisa jadi benci dengan seseorang, benci dengan keadaan, benci dengan masa lalu, bahkan benci dengan diri kita sendiri. Maka sudah barang tentu, semua titik kebencian itu akhirnya akan berbalik pada diri kita sendiri. Maka agar jiwa menjadi lebih tenang, berdamailah dengan semua kebencian yang terpatri dalan hati kita. Jika kita membenci seseorang, segera enyahkan semua rasa benci, bahwa sebagai manusia kita semua tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Bukankah kita pun tak luput dari semua kesalahan yang bisa jadi menjadi sumber kebencian bagi orang lain. Jika kita membenci keadaan, maka yakinilah bahwa terkadang sesuatu yang tampak tidak baik untuk kita, sesungguhnya bisa jadi menurut Sang Pengatur jagad raya, itulah yang terbaik untuk kita. Jika kita membenci masa lalu, hidup memang tak semua sesuai dengan yan

Umak (Ibu), Sosok Anti "Galau dan Baper"

Image
Jika ditanya, siapa yang paling berjasa dalam proses pendidikanku menuntut ilmu, tentu tanpa ragu aku akan menyebutkan nama "Umak" di urutan pertama. Tanpa mengesampingkan peran dan jasa Bapak yang luar biasa, Umak adalah sosok yang begitu tangguh di saat kami berada pada posisi kehilangan kepercayaan diri untuk merajut mimpi. Rasanya tak akan habis jika diurai, apa yang telah dilakukan dan dilalui Umak.  Setiap hari, jika tidak menginap di pondok kebun, maka saat matahari belum genap terbit, Umak dan Bapak, sudah mulai melangkahkan kaki berjalan menyusuri jalan perbukitan untuk menuju kebun. Perjalanan yang menurutku tentu sangat melelahkan, sekitar dua jam perjalanan jika tanpa membawa beban. Pekerjaan di kebun tentu janganlah ditanya. Medio tahun 2002, saat bapak merantau mencari upahan di perkebunan sawit, demi mendapatkan penghasilan, Umak berjualan beronang dan anyaman lainnya, dengan berjalan kaki dari dusun ke dusun. Tapi seingatku, tak pernah sekalipun, Umak meperlih

Puisi_Dusta Sekeping Rindu#KamisMenulis

Image
  Jika mungkin ada paradoks waktu Aku ingin pergi ke angkasa, bawa rindu terbang ke langit Tapi persinggahan yang sembrawut dan malam yang terjaga Menakuti hingga mencoba bersembunyi di balik nyata Ada waktu menyelinap, sebenarnya sadar Namun kembali terlelap, terbuai mimpi hina Lembam, lelah berjalan malas menuai Hingga surya tenggelam, masih mencari lilin di temaram langit Bawa saja diri berdusta, terkoyak-koyak masa lalu Maka jangan harap membawa pulang sekeping rindu, jika hati saja tersenyum picik Atau bawa pulang saja kotoran, membuang diri terbakar percuma Sungguh, rinduku masih berselimut dusta

Hujan Kelabu, Pilkada Sendu

Sedari pagi, gerimis sudah mulai mengguyur bumi. Bumi Kepahiang memang sudah basah dari hari-hari sebelumnya  Melihat rintik hujan, saya berseloroh dengan sang istri, "tampaknya bakal semakin banyak yang golput terpaksa hari ini" Beruntung bersama istri, kami mendapat undangan pencoblosan pukul 8.30. Tiba waktunya, kami pun berangkat ke TPS dengan hati yg entah mengapa tak terlalu gembira. Di lokasi TPS yang sempit, kami akhirnya menggunakan hak pilih sebagai warga negara yang baik. Rinai hujan masih setia menetes dengan langit yang kian kelabu. Hujan besar sepertinya akan turun. Di TPS, tidak ada tenda atau minimal terpallah untuk para pemilih berteduh kalau hujan turun deras. Panitia sepertinya tak terlalu siap dengan hajatannya.  Batin saya kian bersuara mana kala siang hari, hujan deras benar-benar mengguyur bumi. Saya langsung teringat dengan para tetangga yang sedang menggunakan hak pilihnya.  Kasihan. Hujan, lokasi TPS-nya sempit, belum lagi kekurangan hal-hal lain yan

Puisi Jiwa Suara Sembrawut

Debu menutupi jalanan Ibu tua menggendong anaknya, lari tak ingin terkubur mimpi Langit pun kelam, bencana datang Rakyat kembali menjerit, tinggalkan suara menggantung  Sang penguasa? Anggota dewan terhormat? Tanya saja kemana mereka Ambil kantong berisi uang, entah uang siapa Beri sumbangan, tebar senyuman, dan rasa jumawa Kita memang tak perlu lagi tahu hati nurani masing-masing Maka biarkan saja sang ibu tua kembali tertatih,  takut dalam maut bersama kelut Para penguasa pun tertatih Takut ketinggalan kereta, jual suara sembrawut