“Gerilya Pemasaran Via Sosia Media”
Pertemuan 16 |
: |
Senin, 08 Februari
2021 |
Waktu |
: |
Pukul 19.00 – 21.00
WIB |
Pemateri |
: |
Agustinus Subardana |
Topik |
: |
Teknik Memasarkan
Buku |
Peruseme |
: |
Lubis Pirnandes,
M.Pd |
Jika setelah selesai
menulis dan tulisan tersebut diterbitkan, pastilah berikutnya setiap penulis
ingin bukunya sampai ke tangan banyak pembaca. Itu artinya, buku harus
dikenalkan dan dipasarkan ke khalayak sehingga ada pembaca yang berminat untuk
mengapresiasi dan membaca tulisan kita. Yang menjadi pekerjaan rumah, tentu
cara pemasaran yang digunakan, terlebih bagi yang menerbitkan bukunya di
penerbit indie.
Maka sebagai pencerahan,
pada pelatihan menulis gelombang 17 pertemuan ke-16 ini, sang direktur
pemasaran penerbit mayor Andi, Bapak Agustinus Subardana membagikan tips dan
triknya dalam memasarkan buku.
Pencerahan terkait
“Strategi Pemasaran Buku di Saat Pandemi” diawali dengan pemaparan data tentang
pertumbuhan industri penerbitan buku di tengah masa pandemi ini, baik pada
skala global ataupun nasional. Dari data yang ada, di tengah masa pandemi
Covid-19 ini, industri penerbitan buku pada skala global buku justru mengalami
peningkatan. Namun, indsutri penerbitan nasional mengalami trend penurunan.
Sementara itu, terkait strategi pemasaran buku, menurut Pak Agutinus akan tergantung
pada jenis buku yang diterbitkan. Apakah buku fiksi, motivasi, pertamanan,
masakan, dan lainnya. Selain itu, strategi pemasaran bisa dilakukan dengan
menggunakan strategi “Serangan Udara (on line)” dan Serangan Darat (Off Line). Pada
pemasaran buku via online, tentu berkaitan dengan apa yang disebut “Transformasi
Digital” atau digital marketing.
Digital marketing pada dasarnya memiliki beberapa kelebihan, yaitu biaya yang
diperlukan lebih murah, daya jangkauannya lebih luas, target pasar mudah
didapat dan sesuai katagori, komunikasi dengan konsumen lebih mudah, lebih
cepat populer, dan relatif meningkatkan penjualan. Lebih lanjut lagi, Pak Agustinus
juga memberikan tips agar buku dipasarkan lewat komunitas semisal grup WA. Agar
lebih mudah dipasarkan, seoragng penulis hendaknya juga mengikuti perkembangan jenis
buku yang sedang booming, judul buku harus
menarik, serta cover dan layout yang menarik.
Maka berbicara pemasaran, saya ingin bercerita sedikit tentang pemasaran
buku saya, yaitu sebuah novel “Elegi di Bukit Mimpi (EBM)” yang diterbitkan
oleh sebuah penerbit indie. Karena diterbitkan oleh penerbit indie, maka saya
mesti “bergerilya” dalam memasarkan novel EBM. Alhasil, strategi pemasaran “Serangan
Udara (On Line)” menjadi solusi yang saya nilai paling efektif di tengah masa
pandemi ini.
Strategi yang saya lakukan adalah “pemasaran” via facebook dan group-group
WA. Tetapi saya selalu menghindari kesan bahwa saya sedang menjual buku. Jadinya, saya pun tidak
mencantumkan harga di setiap postingan. Pembaca yang berminat dan menghubungi
saya, akan mendapatkan fasilitas harga buku yang yang murah meriah (sesuai
dengan biaya produksi dan saya hanya mengambil keuntungan sedikit), diskon pada
ongkir untuk pemesan yang jauh, dan saya selalu mengapresiasi pembaca dengan
mempostingnya di facebook.
Saat saya memposting terkait pembaca dan novel EBM, selalu ada beberapa
tanggapan dari warga facebook yang kemudian berminat dengan novel EBM. Terlebih
lagi kalau kemudian seorang pembaca kemudian membagikan testimoninya, sehingga
akan memunculkan lebih banyak tanggapan dari berbagai pengguna facebook. Alhasil,
dalam waktu sebulan, 100 eksamplar novel berhasil mendarat ke tangan pembaca
dan diapresiasi. Jumlah yang sedikit mungkin bagi banyak orang, tetapi jumlah
yang tak pernah terkirakan bagi saya sebelumnya. Mengingat, novel EBM ini adalah
karya pertama dengan semua kekurangannya. Novel EBM pun diapresiasi di berbagai
kabupaten di Bengkulu, di Medan, Batanghari Jambi, Lahat, Muara Enim, Depok,
Jakarta, Tanggerang, Bogor, Kuningan, Jember, Solo, Balikpapan, dan Maluku.
Comments
Post a Comment