Umak (Ibu), Sosok Anti "Galau dan Baper"

Jika ditanya, siapa yang paling berjasa dalam proses pendidikanku menuntut ilmu, tentu tanpa ragu aku akan menyebutkan nama "Umak" di urutan pertama. Tanpa mengesampingkan peran dan jasa Bapak yang luar biasa, Umak adalah sosok yang begitu tangguh di saat kami berada pada posisi kehilangan kepercayaan diri untuk merajut mimpi. Rasanya tak akan habis jika diurai, apa yang telah dilakukan dan dilalui Umak. 

Setiap hari, jika tidak menginap di pondok kebun, maka saat matahari belum genap terbit, Umak dan Bapak, sudah mulai melangkahkan kaki berjalan menyusuri jalan perbukitan untuk menuju kebun. Perjalanan yang menurutku tentu sangat melelahkan, sekitar dua jam perjalanan jika tanpa membawa beban. Pekerjaan di kebun tentu janganlah ditanya. Medio tahun 2002, saat bapak merantau mencari upahan di perkebunan sawit, demi mendapatkan penghasilan, Umak berjualan beronang dan anyaman lainnya, dengan berjalan kaki dari dusun ke dusun. Tapi seingatku, tak pernah sekalipun, Umak meperlihatkan keluh kesahnya. 

Untuk urusan pendidikan kami, Umak adalah sosok yang tegas. Suatu kali, aku mencoba menawar untuk menambah libur sehari, dan esoknya baru akan pulang ke kota. Tapi jawaban Umak, "Kembali hari ini ke Curup, atau tidak sama sekali dan pergi ke kebun saja". Padahal biasanya setelah liburan semester, pembelajaran belumlah aktif. Belum lagi penghinaan yang didapatkan demi kami anak-anaknya. Suatu kali, untuk keperluan kami, Umak dan Bapak mendatangi saudara untuk meminjam uang. Saudara yang tak lain adalah keponakan Bapak, justru berkata "Kalau sudah tahu sering tidak ada uang, harusnya tidak usah menyekolahlan anak". 

Tapi Umak sungguh bukan sosok yang mudah "baper" apalagi "galau". Saat orang mencomooh kami, anak-anak Umak, yang ingin kuliah, Umak jusru berkata, "Aku tidak mengkhawatirkan jikalau nanti sekolah anak-anakku akan putus di tengah jalan. Jika anakku bisa kuliah sehari, maka aku akan dengan bangga mengatakan bahwa anakku pernah kuliah sehari. Jika anakku bisa kuliah seminggu, maka aku akan dengan bangga mengatakan bahwa anakku pernah kuliah seminggu". Maka sungguh, Umak adalah sosok yang tangguh, yang tak mudah "baper" dan "galau" saat kerikil tajam jalan terjal menghadang perjuangan kami- anak-anaknya meraih, meraih mimpi. 

Terima kasih Umak atas semua pengorbananmu. Terima kasih juga pada Allah atas semua rahmatmu, termasuk ketika dua tahun lalu, setelah menjalani pengobatan dua bulan di Rumah Sakit M. Husin Palembang,  Alhamdulillah Umak dinyatakan bebas dari vonis kangker hati.

I Lovu U Umak



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Blog pada Pandangan Pertama

Secercah Harapan dari Penerbit Indie

Antara Diet dan Resume