“Sang Penerima Tantangan : Menulis Buku dalam Seminggu”

 


 

 

Pertemuan 21

:

Jum’at, 19 Februari 2021

Waktu

:

Pukul 19.00 – 21.00 WIB

Pemateri

:

Musiin, M.Pd

Topik

:

Menaklukkan Tantangan Menulis Buku Nonfiksi 7 Hari

Peruseme

:

Lubis Pirnandes, M.Pd

  

Jika pada pertemuan pelatihan menulis sebelumnya, Prof Ekoji memberikan tantangan menulis buku dalam satu minggu, maka kali ini giliran “sang penerima” tantangan yang telah berhasil menulis buku dalam seminggu yang memberikan pencerahannya. Sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi penulis pemula seperti saya bisa menyimak pencerahan dari orang-orang yang berhasil menerima tantangan tersebut. Sungguh, saya masih menganggap kalau menulis buku dalam seminggu tetaplah sebuah pekerjaan yang berat dan sulit.

 

Akan tetapi, Ibu Musiin, M.Pd selaku alumni pelatihan menulis gelombang 8 mampu menjawab tantangan tersebut dan bersedia membagikan spirit dan pencerahannya. Beliau mendapat kesempatan menulis buku dalam seminggu bersama Prof Ekoji dan menghasilkan sebuah buku yang berjudul “Literasi Digital Nusantara, Meningkatkan Daya Saing Generasi”. Sebuah buku yang berhasil diterbitkan oleh penerbit mayor dan telah disebarkan ke seluruh Indonesia. Benar-benar sesuatu yang luar biasa.

 

Di awal pemaparan, Bu Musiin membagikan spirit kepada para penulis pemula untuk menulis apa yang disukai dan apa yang dikuasai. Terkait “yang disukai dan kuasai”, bisa dilakukan sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, ataupun cerita dari orang lain. Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang kemudian tergantung pada setiap diri apakah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan tersebut ingin dibukukan atau tidak. Namun, proses menulis mesti diawali dengan sebuah motivasi yang kuat.

 

Bu Musiin juga menjelaskan tentang pola penulisan buku nonfiksi. Berdasarkan pemaparannya, terdapat tiga pola dalam menyusun buku nonfiksi, yaitu :

1.Pola hierarkis (buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit (contohnya buku pelajaran).

2.Pola prosedural (buku disusun berdasarkan urutan proses (contohnya buku panduan)

3.Pola klaster (buku disusun secara poin per poin atau butir per butir). Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulusan.

 

Selanjutnya, proses penulisan meliputi tahapan-tahapan,  yaitu tahap pratulis, menulis draft, merevisi draft, menyunting naskah, dan menerbitkan. Pada tahap pratulis, penulis menetapkan tema yang ingin ditulis dan menemukan ide serta jenis tulisan terkait tema yang ingin ditulis. Untuk memudahkan dalam pengolahan ide, hendaknya penulis mengumpulkan bahan tulisan terlebih dahulu serta mencari berbagai referensi dan mengolahnya dengan bertukar pikiran, menyusun daftar, riset, mind mapping, dan membuat kerangka tulisan. Referensi tulisan dapat berupa pengetahuan formal dan non formal, keterampilan, pengalaman, penemuan, ataupun pemikiran hasil renungan.

 

Setelah tema ditetapkan dan bahan tulisan terkumpul, tahap berikutnya adalah menulis draft. Menulis draft atau menuangkan konsep tulisan ke dalam tulisan dengan prinsip bebas. Pada tahap ini, hendaknya tidak mementingkan kesempurnaan tulisan tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan atau dituang. Konsep tulisan yang telah lengkap dituangkan barulah kemudian direvisi. Proses revisi draft berkaitan dengan sistematika tulisan dan struktur tulisan. Penulis mesti memeriksa gambaran besar naskah yang ditulis.

 

Naskah draft yang telah direvisi selanjutnya disunting. Penyuntingan naskah berkaitan dengan ejaan, tata bahasa, pemilihan diksi, kesesuaian data dan fakta, serta legalitas formal. Naskah yang telah direvisi dan disunting selanjutnya telah siap untuk diterbitkan.

 

Tahapan proses menulis sudah barang tentu menemukan berbagai hambatan. Setidaknya ada lima hambatan dalam menulis buku, yaitu hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, dan hambatan psikologis. Pada umumnya, hambatan yang paling sering terjadi pada penulis adalah hambatan psikologi. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, pesan Bu Musiin adalah perbanyak membaca, mencari inspirasi dan referensi, serta disiplin. Yang tak kalah penting adalah setiap penulis mesti mengetahui mood booster-nya masing-masing. Terima kasih Bu Musiin.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Blog pada Pandangan Pertama

Secercah Harapan dari Penerbit Indie

Antara Diet dan Resume