Resume 13 _Sembilan Resep Komitmen dan Konsisten Menulis Ala Omjay
“Sembilan Resep Komitmen dan Konsisten Menulis Ala Omjay”
Pertemuan 13 |
: |
Senin, 01 Februari
2021 |
Waktu |
: |
Pukul 19.00 – 21.00
WIB |
Pemateri |
: |
Wijaya Kusumah
(Omjay) |
Topik |
: |
Komitmen Menulis di
Blog |
Peruseme |
: |
Lubis Pirnandes,
M.Pd |
Kata konsisten sesungguhnya memang kata yang “berat”. Konsisten atau istiqomah dalam hal kebaikan tentu akan berhadapan dengan kata-kata malas, jenuh, dan putus asa. Seperti itu juga dengan proses menulis. Terkadang rasa malas dan jenuh menjadi batu sandungan konsistensi proses menulis. Kalau sudah seperti ini, maka komitmen memegang peranan penting agar tetap konsisten dalam menulis.
Berkaitan dengan konsistensi dan komitmen dalam menulis, pada pelatihan menulis pertemuan ke-13 ini, Omjay-sosok yang membuat saya penasaran sekali suatu saat bisa bertemu dengan beliau, akan memberikan pencerahannya, menggantikan Pak Dedi Dwitagama yang berhalangan hadir. Kiprah Omjay sendiri sudah menjadikan saya termotivasi untuk bisa mengikuti jejak langkahnya. Kok bisa ya di tengah kesibukan, Omjay dan penulis beken lainnya bisa konsisten dalam menulis ?
Pada pencerahannya tersebut, Omjay membagikan sembilan resep agar bisa konsisten dan punya komitmen dalam menulis. Resep Omjay tersebut antara lain :
1. Menjaga konsistensi dengan
membaca dan menulis setiap hari. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak
bisa dipisahkan. Tidak ada penulis yang hebat tanpa menjadi pembaca yang hebat.
Membaca tulisan orang lain bisa memberikan kita ruang inspirasi dan juga
motivasi untuk menulis.
2. Mengatasi kemalasan
diri. Kemalasan diri akan terjadi jika sebagai seorang penulis tidak memiliki
orientasi yang jelas dalam menulis. Maka niat dan motivasi menentukan arah kita
dalam menulis. Apakah kita sejatinya ingin berbagi, sekedar hobby, menambah
penghasilan, atau demi karir. Orientasi yang jelas akan membantu kita dalam
mengatasi rasa malas dan jenuh dalam menulis.
3. Menjadikan menulis
sebagai sebuah kebutuhan. Para penulis besar menjadikan menulis sebagai bagian
dari proses diri yang tak terpisahkan. Bahkan seorang Sayyid Quthb menulis
Tafsir Fi-Zilalil Qur’an saat berada di dalam penjara di Mesir pada rentang
tahun 1951-1965. Jika menulis sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup (sebagai
sebuah eksistensi diri seperti teorinya Maslow), maka apapun rintangnnya, kita
akan senantiasa termotivasi untuk terus menulis.
4. Ciptakan sendiri ide
dalam menulis dengan mencari inspirasi. Inspirasi bisa berasal dari pengalaman
pribadi, cerita orang lain di sekitar kita, catatan perjalanan, atau kejadian
dan peristiwa luar biasa yang sedang terjadi.
5. Tuliskan apa yang
ada di pikiran dan salah satu wadahnya adalah blog. Ketika ada ide, maka
tulislah langsung ide tersebut, dan salah satunya bia melalui blog. Menulis di
blog akan membuat kita terbiasa menulis karena berlatih menulis setiap hari. Seperti
pelatihan menulis yang digawangi Omjay ini sangat membantu dalam menulis yang
terdokumentasi dalam blog pribadi.
6. Menulis dari hati
agar bertemu dengan hati pembaca. Respon dari pembaca yang sangat positif
tentang tulisan kita akan menjadi sebuah suntikan motivasi tersendiri saat kita
sedang mengalami kebuntuan dalam menulis. Seperti yang saya rasakan. Saat saya sedang
menyelesaikan tulisan ini, rasa malas datang mendera. Tiba-tiba ada pesan via
WhatsApps dari salah satu pembaca novel Elegi di Bukit Mimpi (EBM) karya
pertama saya. Dia bercerita kalau dia begitu termotivasi setelah membaca novel
EBM tersebut. Responnya benar-benar menyadarkan saya, bahwa tulisan saya
tersebut cukup berarti untuk pembaca.
7. Tidak perlu telalu
pusing dengan pedoman ejaan. Kaidah PUEBI memang penting bagi sebuah tulisan. Tapi
agar tidak menjadi momok, setelah sebuah tulisan selesai digarap, barulah
kemudian tulisan tersebut diedit, direview sesuai kaidah PUEBI dan kaidah
penulisan lainnya, dan kemudian direvisi.
8. Konsistensi menulis
dengan mengajak orang lain. Mengajak orang lain bisa menjadi salah suntikan semangat
tersendiri. Kebersamaan setidaknya bisa menghilangkan rasa jenuh dan juga bisa
saling memberi motivasi saat rasa malas datang melanda.
9. Miliki dan pertahankan
gaya menulis yang kita miliki. Jika kita memiliki gaya atau style tersendiri,
maka kita akan lebih enjoy dan “pede”
dalam menyelesaikan tulisan kita.
Sembilan resep tersebut akan bermakna dan berguna jika kemudian kita “tebus”
resepnya dengan sebuah “real action”. Menulis adalah sebuah proses yang bisa
jadi menjadi proses panjang yang melelahkan. Tapi komitmen yang kuat akan
menjadikan menulis menjadi sebuah bagian dari representasi hidup kita dan kita
akan senantiasa konsisten dalam berbagi lewat tulisan. Semoga kita senantiasa menjadi
manusia yang bermanfaat bagi orang lain lewat bait-bait tulisan yang kita
sampaikan. Maka, ayo menulis apa yang kita sukai dan apa yang kita kuasai
hingga menulis menjadi sebuah kebutuhan dalam hidup kita.
Tulisan yang luar biasa
ReplyDeletesemangat berkarya, semangat menginspirasi
Suwun mas
ReplyDeleteSemakin bagus dan sempurna tuisannya. Semoga tetap semangat berkarya dan menginspirasi.
ReplyDelete