Resume 3 : "The Power of Silaturrahim : Cerita Orang Lain Sumber Inspirasi"


“The Power of Silaturrahim : Cerita Orang Lain Sumber Inspirasi”

Pertemuan 3

:

Jum’at, 08 Januari 2020

Waktu

:

Pukul 19.00 – 21.00 WIB

Pemateri

:

Sri Sugiastuti, M.Pd (Bunda Kanjeng)

Topik

:

Menulis dengan Kekuatan Silaturahim

Peruseme

:

Lubis Pirnandes, M.Pd

 

“Siswa tidak membutuhkan guru yang sempurna. Siswa membutuhkan seorang guru yang bahagia. Siapa yang akan membuat mereka bersemangat untuk datang ke sekolah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar.”

(Sri Sugiastuti)

Pelatihan malam ketiga pun dimulai. Omjay selaku “pentolan” grup menulis, memperkenalkan pemateri kali ini, yaitu Ibu Sri Sugiastuti atau biasa dipanggil Bunda Kanjeng. Saya langsung “on” begitu mengetahui bahwa pemateri kali ini adalah Bunda Kanjeng. Bagaimana tidak, namanya sudah berkali-kali wara-wiri di grup menulis ini. Apalagi begitu melihat layer tema pelatihan yang ditampilkan, melihat foto sosok Bunda Kanjeng, saya pun langsung “jatuh cinta”. Istri di sebelah yang lagi “leyeh-leyeh” saya abaikan dulu. Saya mesti fokus “mantengin” suara dan pemaparannya Bunda Kanjeng.


      Perasaan jatuh cinta saya kian menggelora manakala Bu Aam - sang moderator ulung, memperkenalkan sosok Bunda Kanjeng dengan seabreg karyanya yang sangat menginspirasi dan menarik. Saat mampir ke blognya bunda, hamparan tulisan menarik terpampang di depan mata. Seperti cerita tentang guru yang mengabdi di daerah khusus. Sebuah tulisan yang membuat saya trenyuh dan bangga dengan profesi guru. Sebuah tulisan yang diawali sebuah kata-kata menarik, kata-kata yang saya kutip di awal tulisan ini.

Kembali ke pemaparan Bunda Kanjeng. Kali ini Bunda memberikan pencerahan tentang kepenulisan yang bertemakan “Menulis dengan Kekuatan Silaturahim”. Saya langsung begitu antusias dengan kata silaturrahim seperti hadis Rasulullah, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim,” (HR. Bukhari – Muslim). Lalu apa kaitan antara silaturrahim dengan menulis ?

Menulis adalah bertutur lewat tulisan. Maka sebagai sumber tuturan, selain kita berbagi tentang apa yang kita rasakan dan kita ketahui, maka menulis juga bisa menjadi salah satu cara untuk membagikan cerita, rasa, dan pengetahuian yang dimiliki orang lain. Dengan kata lain, cerita orang lain adalah sumber inspirasi sebuah tulisan. Lalu, bagaiaman caranya bisa membagikan cerita, rasa, dan pengetahuan orang lain ?

Caranya tentu dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain atau menyambung tali silaturrahim. Seperti salah satu buku Bunda, “The Stories of Wonder Women”. Bunda bisa merangkai sebuah tulisan tentang cerita para wanita hebat tentu setelah berinteraksi dan berkomunikasi dengan para wanita hebat itu dengan kisahnya yang luar biasa. Maka orang-orang di sekeliling kita, keluarga, tetangga, rekan sejawat, murid-murid, adalah sumber inspirasi bagi sebuah tulisan.

Setelah sebuah tulisan berhasil disusun, agar layak untuk “dinikmati”, maka sangat diperlukan masukan dan kritikan dari orang lain terlebih dahulu. Artinya diperlukan editor yang berkapasitas agar memberikan sudut pandangnya apakah sebuah karya tulisan sudah layak untuk dibaca orang lain atau belum. Untuk mendapatkan editor yang berkualitas, maka sudah barang tentu diperlukan berbagai referensi pakar. Untuk mendapatkan pakar-pakar yang bersedia menjadi editor tulisan kita, maka tentu diperlukan silaturrahim.

Sekilas kisah kepenulisan saya. Nahkah novel “Elegi di Bukit Mimpi” awalnya hampir dua tahun terbengkalai. Suatu kali saya berkomunikasi via telepon dengan seorang sahabat, Bang Gelora Mulia Lubis. Saya baru dua kali bertemu dengan beliau. Pertama saat bersama menjadi finalis pada lomba penulisan naskah buku, dan yang kedua pada saat saya berkesempatan ke Medan untuk mengikuti bimteks dari P4TK IPA. Pembicaraan via telepon tersebut membuka kesempatan bagi saya dan Bang Gelora untuk salang bertukar cerita. Cerita yang mengalir pun sampai pada topik pembicaraan tentang naskah novel yang sempat dilombakan. Bang Gelora dengan antusiasmenya memberikan suport dan bersedia untuk membaca draft novel, menjadi editor, dan bahkan bersedia memberikan testimoninya. Banyak sekali masukan yang diberikannya, termasuk judul novel tersebut adalah salah satu sumbang saran dari Bang Gelora. Hingga link ke penerbit pun adalah rekomendasi dari Bang Gelora. Maka begitu kuat makna dan hikmah dari silaturraim.

Setelah tema tentang silturrahim, Bunda juga memberikan tembahan ilmu dan motivasinya tentang kepenulisan yang antara lain :

1.        Sebagai penulis agar selalu memperbaiki mindset menulis agar menulis adalah salah satu cara seseorang berbagi dan berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain,

2.       Menulis tidak pernah bisa dilepaskan dari proses membaca. Tidak ada penulis hebat yang tidak hebat membaca,

3.           Membuat judul buku yang menarik dan sesuai dengan daftar isi buku,

4.     Membuat tulisan di blog pribadi sebagai wadah menuangkan ide-ide yang bisa dikumpulkan menjadi sebuah buku,

5.            Memulai menulis dengan berkarya pada sebuah antologi. 

      Setelah mendengar penuturan Bunda, sebuah ide pun terbersit dalam benak saya. Sebuah tulisan tentang orang-orang terdekat yang telah mewarnai hidup saya. Cerita tentang murid-murid sebagai sumber inspirasi tak terbatas. 

Comments

  1. Mantap. Luar biasa. Dikemas dengan cantik dan renyah untuk dibaca. Semangat terus ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hatur nuhun buk aam... Terima kasih juga sudah mampir. Senang sekali bisa belajar di grup ini

      Delete
  2. Super sekali....baru siap materi resume langsung jadi..👍

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. siip. cakep tulisannya pak.....semangaat

    ReplyDelete
  5. Keren Pak Lubis, terus semangat dalam berkarya.... Top begete

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

#KAMIS MENULIS_PROFIL SAHABAT

“5 Siap Mental Menjadi Penulis”

Secercah Harapan dari Penerbit Indie