Pertemuan 2 |
: |
Rabu, 06 Januari 2020 |
Waktu |
: |
Pukul 19.00 – 21.00 WIB |
Pemateri |
: |
Rita Wati, S.Kom |
Topik |
: |
Kiat-Kiat Menulis untuk Pemula |
Peruseme |
: |
Lubis Pirnandes, M.Pd |
Setelah pada pertemuan pertama, Omjay cukup telak “menampar” saya, kini giliran Bu Rita Wati memberikan pencerahan lewat pengalaman menulisnya yang seabreg. Di awal pemaparan, Bu Rita yang berasal dari Bali, bercerita tentang kisah kepenulisannya yang berawal dari rasa tidak percaya diri. Saya membatin, kok sama ya seperti saya ? Tapi Bu Rita berhasil melewatinya. Tulisannya sudah berseliweran di blog-blog yang dia tulis dan juga di buku-buku karyanya, baik buku solo maupun antologi. Lewat pengalamannya tersebut, Bu Rita memberi pencerahan bagaimana kiat menulis bagi para pemula seperti saya. Saya pun mencoba memutar kembali sekilas perjalanan menulis saya sebagai sebuah muhasabah diri agar bisa mengikuti jejak Bu Rita, Omjay, dan penulis keren lainnya.
Awal tahun 2018 saya mencoba mengikuti lomba penulisan naskah buku yang
diselenggara oleh Balai Bahasa Provinsi Bengkulu. Waktu itu saya mengajukan
naskah buku yang berjudul, “Mari Mengenal Keunikan Bahasa Rejang : Aku
Cinta Bahasa Daerahku”. Saya benar-benar hanya bermodal “nekat’ dengan
motivasi mencoba melestarikan pengunaan bahasa daerah yang kian ditinggalkan
akibat tergerus oleh zaman. Mengapa saya
bilang nekat ? Saya sama sekali tidak memiliki basic ilmu bahasa. Sedangkan di buku tersebut, saya mencoba menuliskan
tentang fonem, frase kata, dan kaidah kebahasaan lainnya pada bahasa Rejang. Sementara
basic keilmuan saya adalah pendidikan
fisika. Alhasil, saya gagal menjadi pemenang untuk lomba tersebut. Saya sangat
menyadari, baik dari segi konten maupun dari segi kepenulisan, buku tersebut
masih jauh dari kata layak untuk dinikmati. Hingga akhirnya naskahnya sampai
saat ini masih tergeletak di sudut lemari.
Pada tahun yang sama, saya kembali mengikuti lomba penulisan naskah buku
yang diselenggara oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saya memberanikan
diri mengikuti perlombaan pada katagori fiksi, yaitu novel. Jadilah sebuah
novel saya ikutkan dan terpilih menjadi salah satu finalis di tingkat nasional.
Setelah itu, naskahnya kembali tergeletak hingga di penghujung tahun 2020, saya
memberanikan diri untuk menerbitkan novel tersebut yang berjudul “Elegi
di Bukit Mimpi”. Bagi saya, terbitnya novel ini menjadi tonggak awal
bagi saya dalam mengawali kiprah menjadi seorang penulis.
Selai kedua buku tersebut, tidak ingin menninggalkan basic keilmuan, sepanjang tahun 2020, berkat kerja sama dengan dua
orang dosen, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan sebuah buku yang berjudul “Strain
Likuifaksi Learning : Paket Pembelajaran Gelombang dan Likuifaksi”,
yang insha Allah akan di-ISBN-kan pada awal 2021 ini.
Dari rentetan kejadian itu, saya menyadari bahwa masih kuat sekali
ketidakpercayaan diri bahwa saya bisa menjadi seorang penulis. Keraguan dan semangat
menulis yang sering hilang timbul masih membelenggu saya. Maka lewat pencerahan
dari Bu Rita, semangat itu kembali berkobar-kobar. Saya menjadi kian termotivasi
untuk mencoba menuangkan ide-ide lewat tulisan.
Bu Rita - yang juga salah satu alumni dari pelatihan menulis gelombang 10, menjelaskan
bahwa dalam mengawali kiprah menjadi penulis, tentukan terlebih dahulu tujuan
dan motivasi mengapa kita ingin menulis. Atau dengan kata lain, tentukan terlebih
dahulu niat untuk apa kita berbagi rasa dan pengetahuan lewat tulisan. Karena jika
dikaitkan dengan agama, segala amal perbuatan amatlah tergantung pada niatnya.
Membaca pemaparan Bu Rita, saya pun mencoba meluruskan niat kembali, bahwa
menulis adalah satu cara berbagi kebaikan dan spirit pada orang lain. Seperti
para penulis besar yang telah membagikan kebaikan-kebaikan lewat
tulisan-tulisan yang bermutu dan dibaca banyak orang. Selebihnya seperti uang,
popularitas, dan prestise hanyalah efek domino dari menulis yang tentu tidak
boleh dijadikan sandaran motivasi.
Jika kita telah menemukan tujuan dan motivasi, maka kepercayaan diri akan ada
dan datang dengan sendirinya. Tetapi, keinginan menulis tidak cukup hanya
dengan berbekal tujuan dan motivasi. Eksekusi tentu memegang peranan penting,
apakah niat, tujuan, dan motivasi akan terealisasi lewat goresan tulisan. Jangan
sampai kita hanya menjadi orang yang berprinsip “NATO (Not Action Talk Only)”. Maka
mulailah menulis apa yang ada di pikiran, apa yang terjadi di sekitar kita, dan
cobalah lakukan setiap hari agar menulis menjadi kebiasaan. Ibarat pepatah
Minang, “alah bisa karena biasa”.
Selanjutnya, agar tulisan lebih terarah, maka buatlah peta konsep. Saya pun
menyadari bahwa peta konsep sangat membantu sekali dalam menulis agar tulisan
tetap berada pada jalur yang diinginkan alias tidak ngalor ngidul. Bu Rita juga menyampaikan untuk para pemula, agar memperhatikan
kaidah-kaidah kepenulisan. Tujuannya agar tulisan kita menjadi tulisan yang
bermutu dan “nyaman” dinikmati. Saya menjadi teringat, pada saat menyusun buku
bahasa daerah, saya mesti jumpalitan mempelajari kaidah PUEBI. Begitupun dengan
kaidah kepenulisan yang tepat untuk tulisan di media sosial, blog, atau buku.
Keren pak Lubis.. Bagus
ReplyDeleteTerima kasih pak sudah mampir
DeleteMantab lanjut. Mampir cakininblogspot.com
ReplyDeleteTerima kasih pak. Siap mampir pak
DeleteTOP..lanjutkan pak Lubis..
ReplyDeleteTerima kasih, siap dilanjutkan buk
DeleteKeren..pak👍semangat
ReplyDeleteTerina kasih buk...
Deletemantap, keren se khatulistiwa. semangat literasi semangat menginspirasi
ReplyDeleteTerima kasih pak.. Senang bisa saling belajar di sini
DeleteKeren Pak.. Semoga bisa mengikuti jejak Bapak..
ReplyDeleteTerima kasih buk ... senang bisa sama-sama belajar buk ...
DeleteMantap pak lanjut terus cakep semoga saya juga bisa seperti bapak aamiin3
ReplyDeleteterima kasih buk ... semoga kita semua semakin termotivasi berkat grup menulis ini buk...
DeleteMantap pak,,,
ReplyDeleteMasukan sedikit, apa yg dikatakan sama narasumber, sebaiknya dalam 1 paragrarnya jgn terlalu panjang.
Terima kasih pak. Terima kasih juga masukannya pak untuk perbaikan bagi kami selanjutnya
DeleteSelamat Pak Lubis You are a true writer
ReplyDeleteThank you bu rita. Makasih juga untuk ilmu2nya
Deletebagus pak, lengkao
ReplyDeleteTerima kasih buk...
Delete